Tampilkan postingan dengan label beli kolor dapat memek. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label beli kolor dapat memek. Tampilkan semua postingan

Ngentot Bersama Istri-istri Kami

Triyono (samaran) adalah sahabat lamaku sejak aku SMA. Kini setelah kami sudah mempunyai anak remaja (umurku 46 tahun) dia masih sahabatku, bahkan istrinya yang bernama Atik (samaran) dan istriku sangat akrab, dan kami rutin selalu ketemu kalau tidak dirumahnya, ya dirumahku.

Bahkan jika aku dan Triyono pergi mancing ketengah laut dengan sewa perahu, tak jarang istriku menginap dirumah menemani istrinya atau sebaliknya (karena anak kami sudah remaja dan mereka kuliah dikota lain).
Begitu akrabnya kami sehingga tak jarang kami melakukan yang menurut pandangan orang ketiga adalah hal yang aneh, misalnya ditengah gurauan, kadang kadang Triyono memeluk istriku dan menciumi pipinya berkali kali, didepanku maupun didepan istrinya. Demikian pula sebaliknya ketika kami bercengkarama berempat kadang kadang Atik dengan manja tiduran berbantal pahaku. Tentunya sikap kami ini tidak didepan anak anak yang sudah berangkat remaja.

Bahkan pernah didapur rumahku aku memergoki Triyono mencolek pantat istriku, dan kulihat istriku pura pura marah, aku tahu itu dari raut wajahnya, tentu saja sebagai lelaki normal kadang aku dilanda cemburu. Tetapi kami selalu lebih memegang persahabatan, apalagi akupun sering melakukan hal yang sama terhadap istrinya.

Tentu saja keadaan ini tidak terjadi begitu saja, kami menjalin hubungan kekeluargaan sejak kami menikah. Namun sejauh itu kami tidak pernah melakukan hal hal yang terlalu jauh. Sampai suatu hari terjadilah apa yang belum pernah terbayangkan sebelumnya, setidak tidaknya olehku. Tapi aku yakin ini adalah rencana Triyono dan istrinya yang sudah dipersiapkan (ini kusadari setelah cukup lama peristiwa itu terjadi)

Seperti yang sering kami lakukan, pada hari jumat yang kebetulan hari libur kami berempat ber week end di Villaku didaerah Ciloto. Walaupun tidak terlalu mewah namun villaku ini cukup luas dan cukup nyaman untuk beristirahat di akhir pekan. Kami selalu rutin mengunjunginya paling tidak sebulan sekali, biasanya hanya aku dan istriku, kadang kadang anak anak ikut, atau famili lain.
Kali ini aku mengajak Triyono dan istrinya, tidak ada yang istimewa kami hanya ingin menikmati liburan dan seperti biasanya selesai makan siang dijalan, istriku mampir untuk beli pepes ikan Mas kesukaanku. Sampai di villa sekitar jam jam 2 siang, aku tidur pulas, sampai akhirnya dibangunkan istriku untuk makan malam. Kami makan malam berempat dengan nasi hangat dan pepes ikan.

Selesai makan malam kami menonton TV sambil ngobrol kesana kemari diruang keluarga. Setelah bosan ngobrol, Triyono mengambil inisiatif mengambil kasur dikamarnya dan dihamparkan didepan TV dia dan istrinya menonton TV sambil tiduran, dan akupun berbuat hal yang sama. Atiek masuk kamarnya dan mengganti dasternya dengan baju tidur yang amat tipis tanpa BH dan CD, ini terlihat jelas dari bayangan tubuhnya dibalik gaun tidurnya.

Kulihat dia sangat atraktif mempertontonkan tubuhnya didepanku dan didepan istriku. Kulihat Triyono acuh saja melihat tingkah istrinya. Kamipun menonton TV sambil tiduran, istriku dan Atiek tidur berdampingan ditengah sedangkan aku berada disamping istriku dipinggir. Acara TV terasa membosankan mungkin karena aku tidak bisa konsentrasi, aku lebih terpesona menikmati tubuh yang menggairahkan yang tergolek disamping istriku dan itu membuat adik kecilku dibalik sarung setengah ereksi.

“Pah.., puterin film yang hot.. dong.., aku kedinginan nih..” Atiek menyuruh suaminya memutar film porno.
Aku tahu mereka sering muter film porno karena kami sering tukar menukar film, tapi selama ini kami belum pernah nonton bersama sama.
Sebelum beranjak mengambil film, Triyono basa basi minta ijin istriku “Rin..muter film blue ya..”
“Terserah aja ” jawab istriku.
Filmnya cukup bagus dengan latar belakang jaman kekaisaran romawi, adegan sexnya tidak vulgar, dan ini membuat gairahku cepat bangkit. Sarungku sudah terdongkrak keatas sementara kulihat Atiek sering mencuri padang kearah sarungku yang memang sengaja tidak kusembunyikan. Sementara itu istriku sudah memindahkan kepalanya diatas lenganku dan jari tangannya meremas remas jari tanganku. Aku sudah hapal sekali, istriku pasti sudah terangsang.

Triyono menonton film itu dengan memeluk istrinya secara ketat dan tangannya mengusap usap payudara Atiek dari luar baju tidurnya, sesekali diciumnya bibir istrinya dalam dalam. Sementara itu kaki kanan Atiek ditekuk dan pahanya menindih paha istriku, sehingga tak terhindarkan baju tidurnya yang memang pendek makin tersingkap sehingga akupun makin leluasa melahap pahanya yang putih mulus, dan sebagian rambut dipangkal pahanya dengan sudut mataku.

“Mbak Rin,.. Aku jadi pengen nih..” Atiek bicara kepada istriku.
“Ya nggak apa apa, wong Mas nya nyanding koq.” Istriku menyahut sambil senyum penuh arti.

Aku makin terangsang, kumiringkan tubuhku menghadap istriku sehingga aku bisa melihat paha mulus Atiek, dan kuselusupkan tanganku dibalik blouse istriku yang tidak ber BH untuk meremas remas buah dadanya, sementara tangannya sudah masuk kesarungku untuk mengelus elus penisku yang sudah berdiri keras. Ia menutup tanganku dengan bantal sehingga gerilya yang kulakukan tidak terlihat oleh Triyono dan Atiek. Walaupun itu sebenarnya hal itu tidak perlu dilakukan, karena mereka sudah tidak memperhatikan kami lagi, keduanya sudah mulai tenggelam dalam percintaan.

Ketika Atiek melepaskan seluruh pakaiannya dan mencopoti pakaian suaminya, Triyono menggeser posisinya merapat keistriku, sedangkan Atiek menindihkan tubuhnya yang bugil dari sebelah kanan, sehingga Triyono berdampingan dengan istriku.

Mereka berciuman sambil saling saling mengelus penuh nafsu, kulihat istriku sering melirik mereka dengan gairah, ikut terhanyut dengan adegan panas persis satu jengkal disampingnya.

Tiba tiba Atiek menghentikan pergulatan dengan suaminya dan tangannya meraih blouse depan istriku dan melepas kancingnya.
“Biar adil dong Mbak..” sambil tangannya terus melolosi seluruh pakaian istriku.
Walaupun wajah istriku protes, tapi usaha mencegah tangan Atiek yang nakal, tidak serius sehingga dengan mudah Atiek melucuti pakaian istriku. Sekelebat kulihat mata Triyono melahap seluruh tubuh indah istriku, bahkan ia segera mengeser posisinya merapat ketubuh istriku, sehingga lengannya menempel pada pinggir payudara istriku.

Aku tak sempat berfikir macam macam, nafsuku mendominasi pikiranku, kucopot seluruh pakaianku sehingga kami berempat sudah bugil, kuciumi istriku, sambil jariku mengelus vaginanya yang sudah basah. Istriku mendesis desis keenakan tangan kanannya mendekap punggungku erat erat, sedangkan tangan kirinya tertindih tangan Triyono.

Kurasakan elusan lembut sebuah tangan halus menelusuri bokongku, bahkan kemudian mengarah keselangkangan dan mengelus buah zakarku. Aku sudah menduga pemilik tangan itu, dan hatiku berdesir ketika kulihat tangan Atiek lah yang sedang mengelus batang penisku, sambil mulutnya menciumi dada suaminya. Aku yakin Triyono melihat tangan istrinya yang sedang beroperasi di batangku yang keras seperti kayu, tapi dia tampak acuh saja, bahkan kini lengan kanannya telah mendidih susu istriku.
Istriku tidak menyadari atau pura pura tidak tahu bahwa tangan Triyono sudah menindih payudaranya, dan wajahnya dipalingkan kearah yang berlawanan.
Atiek sambil berubah posisi dengan setengah duduk dipaha suaminya dengan selangkangan yang terbuka lebar memperlihatkan vagina merah basah yang sangat indah, sementara tangan kanannya menggosokan gosokkan kemaluan suaminya ke klitorisnya, sementara buahdadanya menggantung diremas remas suaminya.

Posisinya tersebut membuat tubuh Triyono merenggang dari tubuh istriku sehingga tangan kiri istriku yang tertidih menjadi bebas. Dari padangan matanya yang sayu dan pahanya sudah direntangkan, aku tahu baha istriku sudah memberi lampu hijau. Dituntunnya penisku kearah lubang vaginanya, dan dalam tempo singkat aku sudah melayang menikmati jepitan lobang kemaluan istriku. Sementara aku mengocoknya perlahan lahan, istriku mendesis desis keenakan, kini wajah istriku menghadap kearah Triyono bahkan hanya berjarak sejengkal dengan wajah Triyono namun matanya terpejam.

Atiek sudah terlengkup ditubuh suaminya, sementara pinggulnya naik turun, mengocok batang suaminya yang sudah melesak ditelan liang kenikmatannya. Sekali kali tangannya meremas bokongku dan istriku melihat aktifitas tangan Atiek ini, tapi rupanya diapun tak ambil peduli. bahkan beberapa kali Triyono mencium mulut istriku yang tengah mendesis, istriku diam saja, walaupun tidak meresponnya. Entah kenapa aku tidak cemburu melihat istriku diciumi oleh Triyono saat sedang kusetubuhi, bahkan aku makin terangsang. Karena kulihat ciuman itu membuat istriku makin bergolak gairahnya. Ini kurasakan dari gerakan dan nafasnya mendengus tidak seperti adat biasanya.

Dalam waktu yang tidak terlalu lama gerakan istriku tak terkendali, bahkan ia membalas menyedot ciuman Triyono, dan pada saat itulah istriku menghentak hentakkan pinggulnya keatas, mulutnya menghisap mulut Triyono dalam dalam sambil merintih. Dia telah orgasme. Ini diluar kebiasaan, istriku biasanya cukup tahan lama, tapi kali ini dia cepat selesai, padahal aku merasa masih tahan lama.

Kuhentikan kocokanku, kucabut penisku, aku masih tanggung tetapi aku memang tidak ingin selesai sekarang, aku masih berharap istriku bangkit lagi setelah istirahat. Kutatap wajah istriku yang penuh kepuasan. Disampingnya kulihat Triyono menggengam tangan istriku.

Melihat aku tegeletak disamping istriku, dengan kemaluan yang masih tegar, Atiek segera tahu bahwa aku belum ejakulasi. Tiba tiba Atiek menghentikan goyangan pinggul, dicopotnya penis suaminya dari vaginanya. Dengan melangkahi tubuh istriku, Atiek segera menghampiriku, kemudian dengan dasternya yang diambil dari sisi kasur dibersihkannya penisku yang penuh lendir istriku.
Dia menindihku dan menciumku. Aku sempat kaget, aku tak menduga kejadian itu, kulirik Triyono tetapi dia hanya melihat tingkah istrinya tanpa reaksi. Istriku juga hanya melirikku sebentar kemudian memejamkan mata kembali, menikmati sisa orgasme yang ia dapat dariku.

Kubalas ciuman Atiek dengan nafsu, tangan kiriku mengelus bokongnya sedangkan tangan kanan meremas buah dadanya. Atiek menjulurkan lidahnya menyambut lidahku, sementara vaginanya yang basah digesek gesekan ke diatas kemaluanku. Tampak Atiek sudah sangat terangsang, sehingga ciuman kami hanya berlangsung sebentar, segera dia menghentikan ciumannya, ditariknya badannya sehingga sekarang posisinya duduk diatas pahaku, sementara belahan kemaluannya menidih pada batang penisku yang rebah diatas perut.

Kulihat belahan kemaluannya yang merah penuh lendir, aku sudah tidak sabar lagi, kuangkat pinggangnya dengan kedua tanganku, Atiek cepat tanggap, sambil mengangkat pantatnya, diambilnya penisku dan diarahkan kelobang vaginanya. Dalam hitungan detik, kemaluanku sudah menyelusup kedalam vagina Atiek. Atiek melenguh pelan, badannya ambruk kedadaku dan wajahnya menempel disamping kepalaku sambil mendesis desis. Kuangkat pinggulku berusaha mengocok kemaluan Atiek, dan diapun mengikuti gerakanku tetapi pinggulnya digoyang memutar sedangkan otot vaginanya menjepit kemaluanku, jepitan dan putaran pinggulnya tidak akalh dengan istriku, kenikmatan menjalar keseluruh penisku.

Sepuluh menit telah berlalu dan kurasakan Atiek mulai mempercepat goyangannya, mulutnya menciumku dan lidahnya menerobos masuk ke mulutku. Nafasnya tersengal, aku segera mengerti bahwa sedang mulai masuk kemasa orgasme. Tanpa menunggu waktu lagi kupercepat kocokanku, karena kemaluankupun sudah berdenyut denyut enak, dan segera akan keluar.

Ketika kurengkuh bokongnya, Atiek merengkuh pundakku makin kencang, dari mulutnya keluar erangan kenikmatan yang panjang dan kemaluannya ditekan keras ke kemaluanku, dia sedang orgasme. Dan segera kulepas pula air maniku menyemprot didalam vaginanya. Kenikmatan yang luar biasa.

Walaupun permainanku sudah berakhir tetapi Atiek tidak mau mencopot kemaluanku dari vaginanya, dia hanya mengeser tubuhnya dari dadaku untuk meringakan tindihan tubuhnya diatas tubuhku. Kesadaranku mulai pulih, kulihat istriku sedang bergumul dengan Triyono. Dengan tubuh yang bugil dia menindih tubuh istriku, mereka berciuman dengan pelan dan dalam, tangan meremas remas buah dada istriku yang tergolong besar dan montok, sementara tangan istriku mengelus bokong Triyono, dan kudengar desahan halus dari mulutnya itu pertanda istriku sudah mulai terangsang lagi.
Melihat istriku terangsang, tiba tiba akupun terangsang kembali. Aku sangat senang istriku menikmati sexnya, Kuhadapkan tubuhku kearah istriku, dan Atiek segera merangkul pinggangku dengan kakinya dari belakang, sambil menikmati sisa orgasme yang kuberikan padanya.

Triyono sedikit mengeser tubuhnya dan tangan yang tadinya meremas tetek istriku turus kebawah, kearah kemaluan istriku, dan istriku mengangkat pinggulnya ketika jari tengan Triyono memutar mutar clitorisnya. Desahan dari mulutnya makin keras.. Triyono mengangkat tubuhnya dan dibukanya lebar lebar paha istriku.

Istriku menoleh kearahku, matanya sayu memandangku seolah minta ijin padaku. Kupandangi dia, dia sangat cantik tak kuasa aku menghalanginya. Kukecup bibirnya kuusap rambutnya tanda bahwa aku menyetujuinya. Dan ketika penis priyono melesak kedalam vaginanya, istriku memejamkan mata keenakan, dan tangannya mengelus elus penisku seirama dengan kocokan yang diberikan Triyono.

Kuciumi bibirnya, pipinya lehernya, atau mana saja yang kudapat karena istriku dalam kenikmatan, selalu kepalanya tidak bisa diam, menoleh kekiri kekanan sambil menjilat jilat bibirnya sendiri. Sementara tangan kanannya mengocok penisku tangan kirinya merangkul pundak Triyono. Tangankupun tak henti hentinya meremas remas buah dadanya. Kudengar pula desisan Triyono menambah suasana jadi makin mengairahkan.

Tiba tiba istriku berhenti menggelengkan kepalanya, dahinya berkerut dan giginya menggigit bibr bawahnya, dia menoleh kearahku, istriku akan selesai dan sebentar lagi pasti akan melenguh panjang.
“Pah.. aku sudah nggak tahan.. Pahaahh.. eghh.. eegghh”

pada saat itu dia mendongakkan wajahnya keatas, matanya menatap mata Triyono dengan sayu.

Pada saat yang sama, aku tak tahan menahan ejakulasi, digenggaman tangannya. Kulihat Triyono menekan kemaluannya dalam dalam kevagina istriku untuk berejakulasi.. Ketika dia mencabut kemaluanya, kulihat sisa air mani meleleh keluar dari bibir vagina istriku, yang berwarna kemerahan.

Malam ini adalah malam pertama dimana istriku merasakan penis orang lain selain punyaku apalagi dia merasakannya sekaligus dalam selang beberapa menit, sebuah pengalaman yang sangat memuaskan kami berempat.

Sejak itu kami sering melakukannya, sedikitnya sebulan sekali, dan kami berkomitmen ini hanya dilakukan berempat, Bahkan kini muncul ide baru dari Atiek untuk menambah menjadi tiga pasangan. Hanya saat ini kami belum menemukan pasangan yang bisa diajak main. Pengalaman ini ditulis juga atas persetujuan kami semua.

Cerita Cinta

Cerita ini berawal ketika saya berkenalan dengan seorang gadis cantik yang sedang mengikuti training di hotel tempat saya bekerja. Saya sebagai seorang supervisor mendapat tugas membimbing mereka yang ditugaskan di bagian saya. Memang gadis ini sudah menjadi perhatian saya, selain manis, cantik, body yang aduhai dan kulit yang putih, gadis ini masih muda, baru 17 tahun. Ternyata bimbingan yang saya berikan terlalu berlebihan, sampai dengan bimbingan pribadi antara dia dan saya. Pada mulanya memang berat mengambil hatinya, tetapi akhirnya dapat juga, dan mulailah kisah ini.

Saya mulai aktif ke rumahnya. Sampai pada suatu saat, kedua orang tuanya harus pergi ke kampung halaman untuk waktu yang lama. Mereka menitipkan kedua anak perempuannya dan rumahnya kepada saya. Kesempatan ini tidak saya sia-siakan begitu saja. Malam itu saya menginap di rumahnya. Setelah asyik bercengkrama, kakaknya mengantuk dan tidur di kamar yang terletak di bagian atas. Saya dan dia (sebut saja Ira) masuk ke rumah dan duduk sambil menonton TV. Pucuk di cinta Ulam tiba, dia duduk di pangkuan saya, saya tidak tinggal diam, saya menciuminya dari mulai tengkuk sampai akhirnya kedua bibir kami bersentuhan saling mengulum terus. Saya kulum sampai akhirnya saya mainkan lidah saya ke dalam mulutnya bergantian, ternyata dia pun mengerti apa yang saya maksud.
Tangan saya tidak tinggal diam, saya meraba bagian dadanya, perlahan-lahan saya tekan bagian putingnya dan dia pun mendesah keasyikan. Saya jilati terus bagian lehernya dan lama kelamaan turun sampai ke bagian buah dada. Saya buka kaos ketat yang Ira pakai, dia pun terdiam seakan mengerti apa yang sedang terjadi.
“Eit.. tunggu sebentar.” katanya.
Ia memakai kembali kaos ketatnya, kemudian dengan setengah berlari dia naik ke atas. 2 menit kemudian dia kembali dan menghampiri saya.
“Ngapain sih?” tanyaku.
“Ira kan musti check dulu Mbak Ari, udah tidur beneran apa belum?” katanya.
Benar juga pikirku. “Udah tidur?” tanyaku.
“Udah tuch, Ira kunci saja dari luar biar lebih aman.”

Saya kemudian melanjutkan foreplay tadi, saya jilati bagian lehernya.

Erangan halus pun terdengar, “Aah.. trus say, kamu pintar memberi rangsangan ya?”
“Emangnya enak?” tanya saya.
“Enak banget lagi.”
“Mau yang lebih enak?”
“Mau dong..”
Saya buka kaos ketatnya, tampaklah kedua bukit kembar yang menyembul (36B) berdiri menantang tertutup BH. Tidak saya hentikan jilatan saya sampai seluruh badannya terjilat (bagaikan menjilat es cream yang besar). Saya beralih lagi ke bibirnya, saya kulum sampai habis sambil tangan saya bergerak ke bagian belakang badannya membuka kaitan BH. Saya gigit tali BH satu persatu sampai terjatuh ke lantai. Maka tampaklah jelas dua bukit kembar yang dengan puting kemerahan siap menanti kedatangan kedua bibir saya. Saya jilati puting kemerahan itu bergantian.

Erangan dasyat pun terdengar, “Jim, bener kamu ya, lebih enak! Trus.. Trus.. dong, enak.. ah.. ah.. ah..”
Mendengar itu, saya semakin beringas. Saya permainkan puting kemerahan itu dengan lidah dan sesekali mengisapnya. Makin menggelinjanglah tubuhnya.

“Jim, ada yang lebih enak lagi ngga?” tanyanya.
“Ada dong, tenang aja pasti kamu serasa di Surga.”
Saya jilati terus sambil mengarahkan ke bagian celana Hawai yang dia gunakan. Saya buka tali pengikat dengan gigi, kemudian perlahan-lahan saya turunkan. Tampaklah celana dalam berwarna pink yang agak jarang saya lihat, basah oleh cairan dari kemaluannya.
“Lho kok basah?” kata saya bertanya sambil berpura-pura tidak tahu.
“Ngga tau nich! Keluar sendiri. Kamu sih ngejilatin susuku, basah deh CD-ku.”
“Tapi enak kan?”
“Enak banget,” jawabnya sambil memeluk saya seakan-akan ingin merasakan sesuatu yang lebih.
Saya mulai kulum lagi bibirnya dan lidah mulai lagi bermain ke sekujur tubuhnya.
“Ahh..” hanya itu yang keluar dari mulutnya.

Saya menarik celana dalam pink itu dan tersembullah apa yang banyak dicari lelaki, yaitu bukit yang berbulu halus.

“Mau yang enak banget kan?”
“Iya dong!” jawabnya.
Saya arahkan kepala saya ke arah selangkangannya. Dia pun membuka lebar kedua kakinya. Tampaklah jelas bukit dengan bulu halus dengan goa kemerahan yang telah basah dengan cairan. Lidah saya mulai beraksi menjilatinya sampai habis, tercium bau khas wanita yang semakin membuat terangsang untuk menjilatinya. Saya menjilat terus sampai ke tempat seonggok daging sebesar kacang yang ketika saya jilat membuat gemetar tubuh Ira.
“Ahh.. trus Jim, enak.. bener, trus.. trus.. ahh..” kembali menyembur cairan dari dalam kemaluannya.
“Wah enak banget ya!” katanya lunglai.
“Gantian dong! Bikin enak aku, mau ngga?” “Ya mau dong! Masa aku trus yang enak, kamu juga harus enak lah.” jawabnya seraya menghampiriku.
Sekarang dia yang menciumi saya. Menjilati leher saya, kemudian tangan mungilnya segera membuka kancing baju saya, menjilati dada saya yang bidang. Dia menjilati puting saya.

Dalam hati saya tertawa, “Dasar anak 17 tahun belum tau caranya, dipikirnya gua sama apa kaya dia.”
Saya tarik tangannya, saya arahkan ke batang kemaluan saya. Dia pun mengusap-usap batang kemaluan saya yang mulai menegang.
Saya bisikkan, “Buka dong.”
Tangannya pun mulai aktif membuka ikat pinggang, kemudian kancing celana dan restleting, ditariknya celana jeans saya, kemudian dia tercengang.
“Jim, apaan sih tuh di balik CD kamu? Gede banget!”
“Ya, liat aja pasti kamu suka deh.”
Ditariknya CD hitam itu kemudian dibuangnya jauh-jauh.
“Wah gede banget.”
Dipegangnya sambil diusap-usap. Semakin meneganglah barang itu.

“Ih makin gede aja, serem.”
“Ah, entar juga kalo udah ngerasain minta tambah.” Dia pun tersenyum seakan-akan mengerti maksudnya.

Tangannya mulai aktif mengusap naik turun. Saya pun merasakan nikmatnya. Ada sesuatu hasrat dalam tubuh saya yang tidak dapat dilukiskan. Tanpa henti tangan yang mungil itu bermain dengan kemaluan saya.
“Isepin dong,” bisik saya.
Mulutnya pun mengarah ke batang tegang itu. Dikulumnya kepala batang itu bagaikan anak kecil mengulum Es Krim batangan.
“Ih asin, kok rasanya gitu sih?” Rupanya ada sedikit cairan mani saya yang keluar ke mulutnya.
“Ayo dong.. Katanya mau bikin gua enak?”
Kembali mulut mungil itu mengulum barang saya yang 16 cm dengan diameter 7 cm.

“Jilatin, terus masukin semua ke mulut kamu dong!”
Segera lidahnya menjilati, dari kepala sampai pangkal batang saya. Dikulumnya sampai habis, dimasukkan sampai ke dalam tenggorokkannya. Saya pegang tangannya, saya antar ke batang kemaluan saya. Saya ajarkan untuk menaik-turunkan tangannya sambil terus mengulum batang tersebut.

“Ah..” desahku, “Terus say, trus.. dikit lagi nih, yah trus..”

Dia menghentikan gerakannya, “Dikit lagi apaan sih?”
Dalam hati, “Sialan nih.. bukannya diterusin.”
Saya tarik tangan itu dan membaringkannya di lantai berkarpet, saya kocok sendiri kemaluan saya. Dia terbaring pasrah dengan wajah innocent tidak mengerti.
“Aah.. ah.. ahh..” keluarlah cairan putih kental yang sengaja saya arahkan ke buah dadanya.
“Ih, apaan sih nih? Jorok!”

“Ngga lagi, tadi juga kamu punya gua jilatin sampai abis semuanya.”
“Diusapin aja ke toket kamu biar tambah kenceng.”
Dia pun mengusap cairan itu dengan tangannya ke seluruh buah dadanya. Saya tertidur lemas di sampingnya.

“Kamu mau tidur di atas?” tanya saya.
“Iya dong.. nanti Kak Ari curiga lagi, saya tidur sama kamu di sini.”
“Iya deh, besok pagi saya bangunin ya?”
“Iya dong! Harus begitu, aku naik ya!”
“Dah! Selamat bobo,” kata saya sambil mencium dahinya.

Kami pun memakai pakaian kami dan dia naik ke atas. Saya tidur di bawah, di atas sofa sambil merencanakan kegiatan besok pagi.

Pagi itu jam 7.00, saya terbangun mendengar suara orang terburu-buru. Saya melihat Kak Ari terburu-buru mengambil sepatu.
“Pagi kak, buru-buru emangnya udah terlambat?”
“Iya nich, takut macet.”
“Kakak berangkat, ya.”
“Iya deh, hati-hati ya kak! Kalo jatuh bangun, ya.” kata saya sambil bercanda.
Ia hanya tersenyum, manis juga sih. Memang kalo dilihat manis juga calon kakak ipar saya ini. Sering juga ia menggoda saya, tapi saya mananggapinya main-main.

Sekarang rumah sudah kosong, tinggal saya dan Ira yang masih tertidur lelap di atas. Ada satu pendapat betapa asyiknya making love di pagi hari, lebih asyik dibanding secangkir kopi susu. Segera saya kunci pintu dan saya pun naik ke atas. Saya dapati sesosok tubuh aduhai dan cantik sedang tergolek lelap tertidur. Saya cium mesra dahinya, dia pun membuka matanya.

“Selamat pagi,” kataku mesra.
Dia pun memeluk saya seakan tidak mau kehilangan saya. Mulut saya segera menciumi leher dan bagian tengkuknya yang membangkitkan rangsangan baginya. Dia cuma terdiam dan sebentar-sebentar mendesah, “Ahh..”

Tangan saya segera membuka baju tidurnya yang tipis, saya jilati sekitar buah dadanya yang terbungkus BH. Tangan mungilnya ternyata sudah berada di sekitar batang kemaluan saya. Diusap-usapnya sehingga membesar. Wah, dia sudah lebih tahu sekarang bagaimana cara bercinta. Tangannya mulai agresif masuk ke dalam celana hawai yang saya pergunakan untuk tidur, kemudian masuk sampai menemukan batang keras yang akan terus menegang. Saya jilati buah dadanya sambil terus membuka BH yang digunakannya.
“Semalam udah dicuci belom nih,” tanya saya. “Udah dong, kalo ngga, kan lengket.. Udah terusin aja, pelan-pelan ya biar enak.”
Saya jilati terus bergantian dari kiri ke kanan sambil satu tangan saya mempermainkan kedua putingnya. Saya jilati puting susu kemerahan itu sambil sesekali menghisapnya.
“Ahh.. ahh..” cuma itu yang keluar dari mulutnya.
“Lho kok keluar susu?” kata saya bercanda.
“Yang bener?”

“Ngga lah, belum saatnya.” jawab saya sambil tersenyum.
Saya merasakan buah dada itu semakin mengeras, kurasa ia telah sangat terangsang. Tangannya terus mempermainkan batang kemaluan saya naik turun. Saya pun merasa sudah sedikit terangsang.

Saya tidurkan dia perlahan-lahan sambil menarik lepas celana tidurnya. Nampaklah CD yang sudah membasah akibat cairan dari kemaluannya. Saya tarik juga CD itu, saya lihat jelas bukit kemaluan yang berbulu halus itu. Saya jilati semua cairan yang keluar sampai bersih, tampak dia menggelinjang karena enak.
“Eh.. ah..” keluar desahan dari mulut mungilnya.
Kedua paha putih itu saya naikkan sehingga jika dilihat seperti huruf M. Tampaklah jelas semua isi dari kemaluannya itu. Saya jilati klitoris yang memerah, dia pun tambah menggelinjang. Semakin asyik saya menjilati sampai ke ujung dalam liang kemaluannya.
Tidak begitu lama, “Aah.. ah.. ahh..” desah panjang keluar dari mulutnya diikuti mambanjirnya cairan dalam kemaluannya. Ira pun mengejang dan tertidur lemas.
Saya membisikinya, “Gantian dong.”
Ia mengangguk tanda setuju.
Saya tiduran berganti posisi, Irapun berdiri dan berlutut di samping saya. Ia menarik celana Hawai yang saya pakai dan sekalian celana dalam saya. Ia menangkap batang kemaluan saya dengan kedua tangannya dan mengocoknya ke atas dan ke bawah. Darah saya berdesir kencang dan terasa betapa nikmatnya. Ira mulai menjilati kepala kemaluan saya, batang kemaluan saya bertambah keras dijilatinya terus bagai anak kecil menjilati es cream yang akan lumer. Ia terus menjilati dari atas ke bawah dan juga kedua buah kembar kemaluan saya. Puas menjilati, mulut mungil Ira mulai bermain mengulum batang kemaluan saya, sambil kedua tangannya tak berhenti mengocok batang keras itu. Saya mulai merasa semakin enak dan berpikir bagaimana selanjutnya.

Segera saya tarik Ira, saya telentangkan dan saya angkat lebar pahanya. Saya arahkan batang kemaluan saya ke arah lubang kemaluannya.
“Jim, jangan.. Entar Ira hamil, lagi.” katanya.
“Ngga dong, kan dikeluarinnya ngga di dalem, tapi di sini nih,” kata saya sambil memainkan kedua buah dadanya.
“Bener ya, kalo sampe hamil tanggung jawab ya,” katanya memohon.
“Kita langsung ke penghulu hari ini juga, OK!” jawab saya.
“Tapi pelan-pelan, ya!”
“Tenang aja, pokoknya enak deh.”

Saya hujamkan batang kemaluan saya ke arah liang kemaluan Ira, perlahan-lahan tapi pasti.
“Egh.. egh, kok gede amat sih, Jim.”
“Enakan yang gede kan?”
“Tapi muat, ngga?”
“Muat deh.”
Kembali saya berusaha melesakkan batang kemaluan saya dengan perlahan-lahan dan berirama. Saya dorong terus.
“Agh.. agh.. aghh..” Akhirnya masuk juga batang itu (maklum masih perawan sih).

Pelan-pelan saya goyangkan keluar dan masuk, semakin lama temponya semakin cepat.

Ira pun berteriak, “Agh.. agh.. Jim, gila lo pelan-pelan dong.”
“Tapi enak kan?” kata saya.
“Iya sih” jawabnya tersenyum.
Kemudian saya pacu batang kemaluan saya.
“Goyangin dong pantatnya, biar tambah enak.” pinta saya.
Ira menuruti kemauan saya mengoyangkan pantatnya ke kanan dan ke kiri. Saya merasakan nikmat yang luar biasa digoyang gadis yang masih punya keturunan Kerawang itu.
“Agh.. agh.. terus Jim.. terus.. enak,” hanya itu yang keluar dari mulut Ira.
Saya pun demikian, sambil memejamkan mata saya terus memacu barang saya untuk keluar masuk lewat liang perawan itu. Beberapa saat kemudian terasa oleh saya liang itu becek, wah dia sudah orgasme pikir saya.
Saya terus memacu sampai akhirnya, “Ah.. ah.. ah..” saya cabut keluar batang kemaluan saya dan saya arahkan ke dua bukit kembar Ira.

“Ah, ah, ahh, ahh,” muncratlah keluar air mani saya membasahi bukit kembar Ira.
Ira pun mengoles semua cairan putih itu ke seluruh buah dadanya.
Dia menjilat jarinya sambil berkata, “Ih, asin.”
Saya hanya tersenyum sambil tertidur lemas dan tidak berapa lama kami berdua pergi ke kamar mandi dan mandi bersama.

Selesai mandi, kami sarapan dan menonton TV. Begitulah pengalaman saya dengan Ira yang akhirnya menjadi tunangan saya. Tetapi Krismon melanda, maka kami pun sepakat menyelesaikan pertunangan kami sampai waktu yang tidak ditentukan.

Barangkali di antara pembaca wanita ada yang ingin merasakan kenikmatan bersama saya kirimlah pesan ke saya, saya janji tidak akan mengecewakan anda.